Selasa, 28 Oktober 2014

Kue Kembang Goyang Kuliner Betawi



Tidak dapat dipungkiri bahwa setiap bazaar pasti ada stand kuliner. Dan kami meliput juga beberapa stand kuliner disana. Salah satunya adalah kue kembang goyang. Kue ini pertama kali disajikan pada tahun 1990-an. 

Narasumber kami, Ibu Sri Mulyati yang beralamat di Jl. Raya Lenteng Agung RT. 010/02 No. 2, Kec. Jagakarsa. 

Dia mengaku bahwa pemasaran kue kembang goyang ini cukup baik di tengah masyarakat. Ibu Sri Mulyati juga menjelaskan cara membuatnya. 

”Pertama-tama dibuat adonannya dicetak, terus digoreng. Kenapa namanya kue kembang goyang, karena waktu di goreng, digoyang-goyang kuenya. Harganya Rp.12.000,-/bungkus.” Jelasnya. 

Bunga Hiasan Hasil Daur Ulang Pak Edi



Ini cukup unik, menjual bunga hiasan hasil daur ulang (recycle). Sang innovator dan kreator, Pak Edi ini sudah menciptakan bunga daur ulang sebelum terbitnya UU No. 18 Tahun 2008, yang terbuat dari botol bekas minuman. Selain itu, dibuat juga pot bunga yang biasa memakai botol bekas minuman soda seperti sprite. 

“Sebelum di cor, dalamnya di cat, baru di cor.” jelasnya. 

Lalu bunganya dibuat dari guntingan botol-botol kecil. Sedangkan batangnya dibuat dari kawat bekas bangunan. Pak Edi mengaku bahwa cara membuatnya masih tradisional atau bisa dibilang manual. 

“Pake gunting serbaguna, solder, kemudian lem tembak, dan pewarnaannya menggunakan cat pilox.” katanya.  

Pak Edi juga menawarkan bunga daur ulang lewat facebook (posyantek program 3 R) alamat rumah Pak Edi berada di Jl. Warga Gg. Janur, Kel. Pejaten Barat, Kec. Pasar Minggu.

Kerak Telor Kuliner Betawi



Satu lagi kuliner kerak telor, kuliner yang sudah sangat dikenal di Betawi, khususnya di kota Jakarta.

Bang Alif yang beralamat di Jl. Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, selaku penjual memberi tahu cara membuat kuliner kerak telor. 

“Bahannya telor ayam/bebek, ebi, bawang goreng, kelapa, dan ketan. Ketannya dimasak, dicampur air sampai mendidih, dan sekiranya sudah kering, dicampur sama telur dan bumbu sangray kelapa, diaduk-aduk, terus diblender.” Jelasnya. 

Ia mengaku, makanan khas Betawi yang sudah dibuat sejak tahun 1950-an ini laku keras, dengan harga telur bebek Rp.15.000,- dan telur ayam Rp.13.000,-.

Budaya Lokal Betawi Khazanah Budaya Nasional



Program-program pelatihan seni budaya tradisional Betawi adalah kegiatan dalam rangka pelestarian serta pemanfaatan seni budaya Betawi, seperti telah banyak ditelorkan para pelatih dan pemain seni budaya Betawi yang mumpuni dan kredibel sesuai bidang yang ditekuninya antara lain, musik, tari, sastra, teater, seni rupa tradisional Betawi. Hal tersebut tentunya dapat disinergikan dengan program-program kegiatan Pemprov DKI Jakarta yang diusulkan melalui DPRD DKI Jakarta, sehingga dapat dianggarkan agar program-program pelatihan seni budaya tradisional Betawi terus berkembang dan lebih luas mengikutsertakan seluruh masyarakat kota Jakarta.

“Tentunya para pelaku, tokoh, pemerintah, dunia usaha, dan insan media elektronik maupun cetak dapat diikutsertakan dalam mensukseskan program-program yang dilaksanakan, sehingga dapat terangkat harkat dan martabat budaya lokal Betawi yang merupakan salah satu khazanah budaya nasional.” jelas HM. Ashraf Ali B. Ac, SH tokoh Betawi yang sekaligus Anggota DPRD DKI Jakarta belum lama ini diruang kerjanya. 

Selanjutnya program tersebut harus berjalan setiap saat, tinggal momentumnya yang diperbanyak. Ketika ada acara-acara resmi dan perhelatan besar, seperti peringatan HUT Kota Jakarta. Penyelenggaraan program tersebut tentunya dilaksanakan di sentra-sentra yang rutin melakukan kegiatan pelestarian seni budaya Betawi, seperti di Pesanggrahan, Setu Babakan, dan bahkan di Pasar Rumput berdiri Balai Budaya Betawi yang rutin digunakan oleh semua masyarakat dengan berbagai kegiatan kebetawian. 

“Kita kan orang Betawi dan tidak boleh menghilangkan akar budaya Betawi yang menjadi indentitas masyarakat kota Jakarta.” Tegasnya. 

Dengan demikian diharapkan bahwa melalui program-program kegiatan yang setiap tahunnya dianggarkan khusus untuk pelestarian seni budaya Betawi ini dapat menjadi eksis dan berkembang dan dapat dihargai. Seni budaya Betawi sebagai alat pemersatu bangsa, tentunya melalui seni budaya Betawi ini para generasi muda bisa mengalihkan kegiatan positif dengan menghilangkan kegiatan yang negatif. Tidak lagi berbuat yang dilarang, jangan sentuh narkoba, jangan sentuh minuman keras, jangan sentuh perjudian, jangan sentuh hal-hal lain yang sifatnya merusak diri sendiri. 

“Melalui seni budaya Betawi, seperti silat, tari, lenong dan lain sebagainya bias menjadi pelatihan diri dalam menumbuhkembangkan bakat dan minat yang positif.” imbuhnya.

Revolusi Budaya



“Kita mendengar pidato presiden terpilih kita yaitu Revolusi mental. Revolusi mental itu apa? Revolusi mental itu adalah bidang budaya,” kata DR. Tinia Budiati Wakil Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi DKI Jakarta didampingi oleh Diah Damayanti, MM Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Balai Latihan Kesenian (BLK) Jakarta Selatan, belum lama ini dalam Kegiatan Pagelaran Evaluasi Hasil Pelatihan Seni Bagi Guru TK/SD di Auditorium Unit Pelaksana Teknis (UPT) Balai Latihan Kesenian (BLK), Asem Baris, Tebet, Jakarta Selatan.

Lebih lanjut dia mengatakan bahwa tentu saja semua ini tidak lepas dari kerjasama dan komitmen semua pihak, untuk terus bersinergi dalam membangun kesenian bangsa kita kedepan.

“Anak-anak kita diberi bekal sehingga mereka nanti tidak hanya menjadi singa dikandang sendiri tetapi mereka juga harus ke luar negeri dengan turut mempromosikan kesenian-kesenian lokal bangsa kita,” ungkapnya.

Menurutnya bahwa tahun depan kita akan menghadapi globalisasi pasar bebas. Dan nanti jangan heran bahwa kalau seniman-seniman, guru-guru seni dari negara lain juga akan datang ke Indonesia, itu satu. Yang kedua bahwa kalau kita tidak mewariskan keterampilan dan kemampuan seni ini siapa yang akan memelihara dan meneruskan kekayaan budaya kita dibidang seni dan tentu saja nanti akan diambil oleh negara lain. 

“Anak-anak kita ini harus diberikan keterampilan khusus, sehingga mereka bisa menjawab tantangan masa depan nanti dan siap bersaing dengan anak-anak bangsa lain,” harapnya.