Minggu, 09 Februari 2014

Seni Budaya Jakarta

Kontak Budaya/INTERAKSI : 

Kemajuan ekonomi, migrasi penduduk, perkembangan teknologi membuat pergerakan manusia semakin kencang, kesempatan bertemu dan ditemui orang dengan budaya berbeda semakin intens. Kesempatan saling mempengaruhi menjadi sedemikian terbuka. Globalisasi berdampak orang semakin memperkuat kelokalannya sebagai cara bertahan dari kompetisi arus luar yaitu dengan memperkuat identitas lokal. Tidak ada lagi masyarakat yang tertutup. Mereka siap dipengaruhi dan mempengaruhi. Westernisasi adalah untuk menjelaskan terjadinya penyerapan unsur-unsur musik Barat ke dalam suatu musik non Barat. Paling nampak adalah penggunaan alat musik Barat, harmoni, dan notasi, begitupula penggunaan teknologi rekaman dan siaran. Termasuk pengaruh melodi, ritem, intonasi, penggunaan suara Barat, dan tak terhitung parameter-parameter struktur musikal dan perilaku musikal lainnya. Pandangan yang lebih mutakhir menegaskan westernisasi musikal sebagai suatu proses di mana suatu musik tradisional dimodifikasi menjadi suatu bagian dari sistem musikal Barat. Westernisasi merupakan proses di mana suatu musik menjadi Barat lewat pertambahan elemen-elemen Barat. Modernisasi merupakan proses dimana, lewat penambahan-penambahan elemen yang mirip, suatu musik tetap mempertahankan esensi tradisionalnya tapi menjadi modernmenjadi bagian dunia kontemporer. Motivasinya bertolak belakang dengan yang disebut dalam westernisasi; musik tradisi dirubah supaya tetap utuh dalam dunia modern, bukan supaya menjadi bagian dari peradaban Barat. Kemajuan teknologi, industri media, dan transportasi tak pelak juga telah meningkatkan pergaulan seni budaya antarbangsa. Perkembangan fungsi musikal dan pergaulan budaya antarbangsa memungkin musik tradisional Indonesia menjadi semakin dikenal, dipakai, dan dinikmati pula di berbagai kota di penjuru dunia.

Seni Budaya Jakarta

Ruwat Budaya

Majunya budaya suatu bangsa dapat dipastikan majunya bangsa itu, salah satu elemen penting penunjang budaya adalah tumbuh kembangnya kesenian. Dengan kata lain,"Menghidupkan Seni, Memajukan Bangsa." – “Seni Milik Masyarakat, Masyarakat Memiliki Seni” (Nasir Mupid, FIS, 1980). Sebagai anak bangsa, semua mempunyai kewajiban yang sama untuk terus eksis dalam berkesenian, demi membina, mengembangkan, melestarikan, dan memanfaatkan kesenian, khususnya khazanah kearifan lokal. Tentunya, kita semua harus lebih peduli dengan kelestarian budaya sendiri.

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta

Pemilihan Abang None Jakarta

Abang None Duta Pariwisata Kota Jakarta

Abang dan None sebuah lomba pemilihan remaja putra-putri terbaik yang tidak terbatas pada seleksi ketampanan atau kecantikan, tetapi juga intelegensi pengetahuan umum, bakat di bidang seni budaya dan lain-lain. Lomba ini telah berlangsung sejak tahun 1968. Abang merupakan panggilan untuk orang laki-laki yang kedudukannya lebih tua dalam struktur keluarga atau kenalan dalam bahasa Betawi. Sedangkan None merupakan sebutan atau panggilan untuk orang perempuan yang masih muda dan belum bersuami. Para Abang dan None diseleksi oleh masing-masing daerah Tingkat II di seluruh wilayah DKI Jakarta, meliputi Jakarta Pusat, Jakarta Timur, Jakarta Selatan, Jakarta Barat, Jakarta Utara dan Kabupaten administratif Kepulauan Seribu. Setelah terpilih lima pasangan kemudian dikirim ke tingkat Provinsi untuk kemudian dilakukan pemilihan dan penyeleksian lagi. Abang None bertugas satu tahun menjadi duta pariwisata Provinsi DKl Jakarta yang dalam peranannya secara aktif melakukan sosialisasi dan promosi kepariwisataan baik di dalam maupun di luar negeri. Abang dan None sebagai generasi muda yang diharapkan mampu menjadi cerminan generasi muda Jakarta yang berkualitas unggul dan juga memiliki kepekaan sosial. Abang dan None adalah Duta Muda Wisata yang terdiri dari pemuda-pemudi terbaik bangsa. loyal dan total dalam melakukan perubahan pariwisata kota Jakarta.

( Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta )

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta

Peningkatan Apresiasi Seni Pertunjukan Bagi Pelajar Tahun 2014

Hikayat dan Pantun betawi

Berdasarkan kebiasaan orang Betawi mendengarkan pembacaan hikayat yang disampaikan tukang cerita atau sohibul hikayat, kita dapat memperkirakan sejak kapan masyarakat Betawi mengenal dan mengembangkan kesusastraannya. Demikian pernyataan Yahya Andi Saputra Budayawan Betawi Lembaga Kebudayaan Betawi disela kegiatan Peningkatan Apresiasi Seni Pertunjukan Bagi Pelajar Tahun 2014 yang diselenggarakan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta di Gedung Miss Tjitjih Kemayoran Jakarta Pusat belum lama ini. “Hikayat yang terkenal dan sering disampaikan tukang cerita adalah Hikayat Amir Hamzah” tandasnya. Menurutnya tukang cerita atau sohibul hikayat sering pula membawakan cerita-cerita dari khazanah naskah klasik, seperti Hikayat si Miskin atau Hikayat Sultan Taburat. Disampaikan dalam bahasa Melayu Betawi dan terdiri dari beberapa episode cerita. “Fungsi sohibul hikayat sejak awal hingga kini tidak berubah, yaitu sebagai alat dakwah, pendidikan, dan hiburan” jelasnya. Meskipun kemudian banyak karya-karya sastra Betawi yang diterbitkan dalam bentuk tertulis tangan dan cetakan, tidak berarti tradisi sastra lisan mati. Di langgar (surau) atau masjid, para murid pengajian masih sering mendendangkan sastra lisan, seperti pantun dan syair. “Tukang cerita atau sohibul hikayat yang membawakan kisah-kisah Hikayat Amir Hamzah, Hikayat Sultan Taburat, atau hikayat lain, masih sering diundang dalam acara-acara tertentu” ungkapnya. Pantun kian diminati generasi muda. Sering kita dengar seorang pembawa acara memulainya dengan pantun. Begitu pula tidak sedikit penyiar radio, membuka program siarannya dengan pantun. “Di media social facebook, twitter, dan lainnya kita temui macam-macam grup pantun” tambahnya. (ziz)

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta

Peningkatan Apresiasi Seni Pertunjukan Bagi Pelajar Tahun 2014

Menjadi Sutradara Tidaklah Mudah 

Dengan berani melakukan dengan terus berupaya (belajar) menjadi sutradara yang baik adalah langkah yang juga patut dipuji. “Terutama bagi guru kesenian serta guru bahasa dan sastra Indonesia” kata Madin Tyasawan Tokoh Teater Dewan Kesenian Jakarta disela kegiatan Peningkatan Apresiasi Seni Pertunjukan Bagi Pelajar Tahun 2014 yang diselenggarakan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta di Gedung Miss Tjitjih Kemayoran Jakarta Pusat belum lama ini. Dijelaskannya bahwa dimana pelajaran teater masuk dalam kurikulum atau silabus pengajarannya. Oleh karena itu kemampuan mengajar teater sekaligus menjadi sutradara pada pentas teater di sekolah amatlah diharapkan. Sehingga efektifitas pengajaran teori di kelas dan penerapan praktik di lapangan mendapat korelasi positif dalam mengukur tingkat keberhasilan pengajaran teater di sekolah. “Dengan demikian akhirnya pendidikan kesenian (baca:teater) yang tidak dianggap penting itu, juga tidak didukung oleh kemampuan tenaga pengajarnya yang tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai, bisa ditepis dengan kemampuan guru yang memadai” ungkapnya. Dengan pengetahuan yang mencukupi karena memiliki motivasi yang kuat dan ketekunan dalam mengupayakan peningkatan kualitas diri. “Selain itu juga mampu membuktikan bahwa guru bias menjadi sutradara teater yang handal” tandasnya. (ziz)