Sabtu, 30 Agustus 2014

Seminar Teater



Hari ini kita berkumpul untuk bukan saja mengenang Rendra yang juga sangat akrab dipanggil Mas Willy, tetapi memberi arti keberadaannya sebagai pelopor di bidang puisi: orang pertama yang menulis ballada, penulisan sajak secara lugas, pembacaan sajak secara dramatik dan bidang teater dalam wujud terobosan-terobosan stagnasi, perlawanan terhadap kelesuan diri, pemberontakan kepada keterbatasan-keterbatasan diri dan perjuangan mewujudkan yang diimajinasikan. Demikian pernyataan Bakdi Soemanto salah satu pendiri Bengkel Teater Rendra pada kegiatan Seminar Teater dengan tema Rendra dan Teater Modern Indonesia yang diselenggarakan oleh Burung Merak Press di Graha Bhakti Budaya Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta Pusat belum lama ini. Dijelaskannya bahwa ada orang bilang “ars brevis vita longa” yang artinya: usia seni pendek tetapi usia hidup panjang. Jika ungkapan ini benar, kiranya tak berlaku bagi karya-karya Rendra, baik dalam wujud puisi (sajak), pentas atau berbagai kegiatan yang ada hubungannya dengan teater. “Maka, perlulah “formula” berbahasa Latin ini harus diubah menjadi: “ars longa vita brevis”, yang artinya usia seni panjang dan usia hidup pendek”, jelasnya. Menurutnya, pertemuan kita pada hari ini membuktikan hal itu. “Rendra meninggal 5 (lima) tahun lalu, tetapi karya-karyanya tidak ikut terkubur”, imbuhnya. (ziz)