Minggu, 09 Februari 2014

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta

Peningkatan Apresiasi Seni Pertunjukan Bagi Pelajar Tahun 2014

Hikayat dan Pantun betawi

Berdasarkan kebiasaan orang Betawi mendengarkan pembacaan hikayat yang disampaikan tukang cerita atau sohibul hikayat, kita dapat memperkirakan sejak kapan masyarakat Betawi mengenal dan mengembangkan kesusastraannya. Demikian pernyataan Yahya Andi Saputra Budayawan Betawi Lembaga Kebudayaan Betawi disela kegiatan Peningkatan Apresiasi Seni Pertunjukan Bagi Pelajar Tahun 2014 yang diselenggarakan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta di Gedung Miss Tjitjih Kemayoran Jakarta Pusat belum lama ini. “Hikayat yang terkenal dan sering disampaikan tukang cerita adalah Hikayat Amir Hamzah” tandasnya. Menurutnya tukang cerita atau sohibul hikayat sering pula membawakan cerita-cerita dari khazanah naskah klasik, seperti Hikayat si Miskin atau Hikayat Sultan Taburat. Disampaikan dalam bahasa Melayu Betawi dan terdiri dari beberapa episode cerita. “Fungsi sohibul hikayat sejak awal hingga kini tidak berubah, yaitu sebagai alat dakwah, pendidikan, dan hiburan” jelasnya. Meskipun kemudian banyak karya-karya sastra Betawi yang diterbitkan dalam bentuk tertulis tangan dan cetakan, tidak berarti tradisi sastra lisan mati. Di langgar (surau) atau masjid, para murid pengajian masih sering mendendangkan sastra lisan, seperti pantun dan syair. “Tukang cerita atau sohibul hikayat yang membawakan kisah-kisah Hikayat Amir Hamzah, Hikayat Sultan Taburat, atau hikayat lain, masih sering diundang dalam acara-acara tertentu” ungkapnya. Pantun kian diminati generasi muda. Sering kita dengar seorang pembawa acara memulainya dengan pantun. Begitu pula tidak sedikit penyiar radio, membuka program siarannya dengan pantun. “Di media social facebook, twitter, dan lainnya kita temui macam-macam grup pantun” tambahnya. (ziz)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar