Selasa, 14 Juli 2015

Totok Di Batavia

Oleh : Rian Riyadi dan Andriani Nova Robert, seorang laki-laki keturunan Belanda totok yang dilahirkan di tanah Batavia adalah seorang yang sangat fanatik terhadap budaya Betawi. Robert, merasa dirinya adalah Betawi hanya raganya saja Belanda. Dalam kehidupan sehari-hari, Robert lebih senang bergaul dengan orang Betawi daripada dengan orang Belanda. Mengobrol dengan bahasa Betawi, berlogat Belanda, dan kecintaannya juga ditunjukkan dengan mengganti nama menjadi Robi'ih. Suatu hari, Robert pulang dari hobinya menonton Topeng Blantek. Baginya, Topeng Blantek adalah mahakarya untuk semua kalangan. Robert, membayangkan dirinya berada menjadi salah satu tokoh dalam pertunjukan tersebut. Sepulangnya ia, disampaikanlah niatnya pada orang tua dan keluarganya. Tentu keluarganya menolak dan ini merupakan puncak dari kemuakkan keluarganya atas Robert yang sudah tidak ada nasionalisnya lagi pada Belanda, melainkan pada tanah air tirinya, Betawi. Orang tua Robert, mengusirnya dari rumah. Robert kabur dan menuju ke perguruan Topeng Blantek untuk belajar. Dengan susah payah, Robert membujuk pemilik grup pertunjukan Topeng Blantek, Babeh Pi'ung, untuk menerimanya. Akhirnya, dengan jaminan sebuah pistol, Robert berhasil bergabung dengan grup tersebut. Dimalam pertunjukan Topeng Blantek, Robert dan pemain lain bersiap-siap. Robert, memainkan lakon sebagai orang Betawi. Ia mendapatkan porsi yang cukup banyak dalam pertunjukan. Saat Robert, sedang bermain lakon dengan pemain lainnya, tiba-tiba dari arah samping Babeh Pi'ung menembak Robert. Robert, jatuh seketika. Seluruh penonton Topeng Blantek bersorak-sorai melihat Robert yang sedang meregang nyawa. Rupanya, Babeh Pi'ung dan masyarakat setempat sudah merancang strategi untuk membunuh Robert. Mereka hanya berpura-pura menerima seorang Belanda untuk bergabung dalam kelompok mereka. Mereka tidak akan pernah mempercayai seseorang yang menjadi bagian dari musuh mereka, yang menjajah mereka lebih dari 3 (tiga) abad lamanya. Robert, seorang Belanda yang mencintai Betawi telah mati karena kecintaannya sendiri. Sementara Babeh Pi'ung dan masyarakat Betawi lainnya justru merasa telah menang, karena berhasil melumpuhkan salah satu manusia yang menjadi penjajah di negeri mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar