Hari ini kita berkumpul
untuk bukan saja mengenang Rendra yang juga sangat akrab dipanggil Mas Willy,
tetapi memberi arti keberadaannya sebagai pelopor di bidang puisi: orang pertama
yang menulis ballada, penulisan sajak secara lugas, pembacaan sajak secara dramatik
dan bidang teater dalam wujud terobosan-terobosan stagnasi, perlawanan terhadap
kelesuan diri, pemberontakan kepada keterbatasan-keterbatasan diri dan
perjuangan mewujudkan yang diimajinasikan. Demikian pernyataan Bakdi Soemanto
salah satu pendiri Bengkel Teater Rendra pada kegiatan Seminar Teater dengan
tema Rendra dan Teater Modern Indonesia yang diselenggarakan oleh Burung Merak
Press di Graha Bhakti Budaya Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta Pusat belum
lama ini. Dijelaskannya bahwa ada orang bilang “ars brevis vita longa” yang
artinya: usia seni pendek tetapi usia hidup panjang. Jika ungkapan ini benar,
kiranya tak berlaku bagi karya-karya Rendra, baik dalam wujud puisi (sajak),
pentas atau berbagai kegiatan yang ada hubungannya dengan teater. “Maka,
perlulah “formula” berbahasa Latin ini harus diubah menjadi: “ars longa vita
brevis”, yang artinya usia seni panjang dan usia hidup pendek”, jelasnya. Menurutnya,
pertemuan kita pada hari ini membuktikan hal itu. “Rendra meninggal 5 (lima)
tahun lalu, tetapi karya-karyanya tidak ikut terkubur”, imbuhnya. (ziz)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar